Cara Mengajar Dengan Kurikulum Merdeka
Kurikulum merdeka merupakan kurikulum terbaru yang diberlakukan di masa kepemimpinan Nadien Makarim selaku Mendikbudristek. Mengusung tema merdeka, selaras dengan filosofi bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Harapannya peserta didik mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang sebesar-besarnya.
Keraguan masyarakat akan kinerja Nadiem Makarim dijawab melalui kurikulum baru. Kurikulum ini dianggap lebih relevan dengan situasi perkembangan teknologi yang begitu masif dengan menguatkan profil pelajar Pancasila. Namun, untuk memperoleh hasil yang maksimal diperlukan waktu. Mengingat guru perlu melaksanakan adaptasi dengan kurikulum baru. Berikut ini cara-cara mengajar menggunakan Kurikulum Merdeka.
Lakukan Tes Diagnostik
Masyarakat sebagai stakeholder pendidikan menganggap bahwa setiap anak sama. Peserta didik harus saling berlomba untuk memperebutkan ranking satu. Padahal, setiap anak lahir dengan keadaan yang unik. Bahkan situasi keluarga, pola asuh, dan kesejahteraan antara anak yang satu dengan yang lainnya berbeda. Sangat tidak adil jika mereka diminta untuk mencapai garis finish dengan waktu yang bersamaan. Guru harus melakukan tes diagnostik untuk mengetahui profil belajar peserta didiknya. Setelah itu, dilakukan pemetaan kompetensi peserta didik sehingga guru dapat memberikan pelayanan pendidikan sesuai dengan karakteristik dari masing-masing peserta didik. Guru juga akan lebih mudah mengatasi kesulitan-kesulitan belajar peserta didik dengan melakukan pendekatan berdasarkan akar penyebab masalah.
Lakukan Pembelajaran Inovatif, Utamakan yang Berbasis Masalah
Berbagai metode, strategi, dan metode pembelajaran tersedia untuk dapat diterapkan oleh guru. Pembelajaran yang diselenggarakan guru harus sesuai dengan karakteristik materi dan peserta didik. Adapun empat keterampilan yang harus dimiliki peserta didik di abad 21 yaitu 1) kreatif dan inovasi, 2) Critical thinking dan problem solving, 3) Kolaborasi, dan 4) Komunikatif. Berlandaskan pada keterampilan tersebut, model pembelajaran yang paling cocok diterapkan pada kurikulum merdeka adalah PBL (Problem Based Learning) dan PjBL (Project Based Learning). Kedua model pembelajaran tersebut berorientasi pada pemecahan suatu permasalahan. Belajar dengan cara menghafal sudah tidak relevan untuk diterapkan. Namun, belajar untuk menyelesaikan masalah. Diharapkan peserta didik belajar banyak untuk dapat hidup berdampingan di masyarakat. Semasih duduk di bangku sekolah, kemampuan berpikir kritis siswa harus terus diasah. Hal ini menjadikan mereka menjadi manusia yang seutuhnya bermanfaat, setidaknya untuk diri sendiri. Lebih-lebih bagi masyarakat sekitar dan negara. Setelah siswa belajar suatu materi yang relevan, siswa bisa diarahkan menjawab soal-soal kurikulum merdeka SD pada laman diaryguru.com.
Refleksi Secara Berkelanjutan
Banyak guru menganggap bahwa pembelajaran yang dilaksanakannya sudah baik dan dapat diterima peserta didik. Padahal anggapan ini belum tentu benar. Guru sebaiknya rutin melaksanakan refleksi dari sudut pandang sebagai pelaksana pendidikan dan refleksi peserta didik sebagai yang dibelajarkan. Peserta didik tidak dapat memilih guru seperti apa yang akan mengajar mereka, tetapi guru dapat memilih menjadi guru seperti apa untuk mengajar peserta didiknya. Hasil refleksi ini nantinya digunakan sebagai pedoman untuk melakukan praktik pembelajaran yang lebih baik di masa yang akan datang. Guru juga tidak boleh berhenti untuk terus belajar dan berproses menjadi pribadi yang ideal. Masa depan Indonesia berada di tangan guru selaku praktisi pendidikan.