Pengertian Puasa Tasua dan Asyura: Sejarah, Keutamaan, dan Hikmahnya
Bulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan haram (bulan-bulan yang dimuliakan) dalam kalender Hijriah. Sebagai bulan pembuka tahun Hijriah, Muharram memiliki keistimewaan tersendiri, di mana salah satu amalan sunnah yang sangat dianjurkan adalah berpuasa pada hari Tasua dan Asyura. Puasa ini bukan hanya sekadar menahan diri dari makan dan minum, melainkan sebuah ibadah yang sarat makna sejarah, keutamaan, dan hikmah yang mendalam bagi umat Muslim.
1. Pengertian Puasa Tasua dan Asyura
Puasa Tasua adalah puasa sunnah yang dilaksanakan pada tanggal 9 Muharram, sedangkan puasa Asyura adalah puasa sunnah yang dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram. Meskipun puasa Asyura adalah yang paling utama dan memiliki latar belakang sejarah yang kuat, Rasulullah ﷺ menganjurkan umatnya untuk juga berpuasa pada hari Tasua (9 Muharram) sebagai pelengkap. Bahkan, ada pula anjuran untuk berpuasa pada tanggal 11 Muharram sebagai bentuk kehati-hatian atau untuk menyempurnakan puasa Asyura.
Gabungan puasa Tasua (9 Muharram) dan Asyura (10 Muharram) ini dikenal sebagai anjuran sunnah untuk berpuasa dua hari berturut-turut pada bulan Muharram. Hal ini menunjukkan kesempurnaan sunnah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad ﷺ.
2. Sejarah dan Latar Belakang Puasa Asyura
Sejarah puasa Asyura berakar jauh sebelum masa kenabian Muhammad ﷺ. Ketika Rasulullah ﷺ hijrah ke Madinah, beliau mendapati kaum Yahudi di sana berpuasa pada hari Asyura (10 Muharram). Beliau pun bertanya kepada mereka mengenai alasan puasa tersebut. Kaum Yahudi menjawab, "Ini adalah hari yang agung, hari di mana Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya serta menenggelamkan Firaun beserta bala tentaranya. Oleh karena itu, Musa berpuasa pada hari ini sebagai bentuk syukur kepada Allah, dan kami pun mengikutinya."
Mendengar hal tersebut, Rasulullah ﷺ bersabda, "Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian." (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim). Sejak saat itu, Nabi Muhammad ﷺ memerintahkan umat Muslim untuk berpuasa Asyura. Ini menunjukkan bahwa beliau mengakui keagungan hari tersebut dan mengambil bagian dalam tradisi syukur yang telah ada, namun memberikan pencerahan dan pengarahan yang lebih sempurna sesuai syariat Islam. Kisah Nabi Musa AS dan Firaun ini mengajarkan pentingnya kesyukuran atas nikmat besar berupa keselamatan dan kemenangan atas kezaliman.
3. Mengapa Disertai Puasa Tasua? (Pembeda dengan Yahudi)
Anjuran untuk berpuasa Tasua (9 Muharram) muncul kemudian, setelah perintah puasa Asyura. Rasulullah ﷺ memiliki keinginan yang kuat untuk membedakan praktik ibadah umat Muslim dari umat lain, termasuk kaum Yahudi. Ketika beliau mengetahui bahwa kaum Yahudi hanya berpuasa pada hari Asyura, beliau berencana untuk berpuasa juga pada hari sebelumnya, yakni Tasua.
Sebagaimana disebutkan dalam hadis, Ibnu Abbas RA berkata, "Ketika Rasulullah ﷺ berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan umat Islam untuk berpuasa padanya, para sahabat berkata, 'Wahai Rasulullah, hari itu adalah hari yang diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani.' Maka Rasulullah ﷺ bersabda, 'Apabila (usia)ku sampai tahun depan, sungguh aku akan berpuasa pada hari kesembilan (Tasua).'" (Hadis riwayat Muslim). Namun, Rasulullah ﷺ wafat sebelum Muharram tahun berikutnya tiba.
Meskipun demikian, anjuran beliau untuk berpuasa pada tanggal 9 Muharram menjadi sunnah yang diikuti oleh umatnya. Hikmah di balik anjuran ini adalah untuk menunjukkan identitas yang jelas bagi umat Islam dan menghindari tasyabbuh (menyerupai) atau imitasi terhadap praktik ibadah agama lain, meskipun substansinya adalah kebaikan. Puasa ganda ini (9 dan 10 Muharram) menegaskan keunikan syariat Islam.
4. Hukum dan Keutamaan Puasa Tasua dan Asyura
Hukum puasa Tasua dan Asyura adalah sunnah muakkadah, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan dan memiliki pahala besar bagi yang melaksanakannya. Meskipun demikian, ia tidak wajib, sehingga tidak ada dosa bagi yang tidak melaksanakannya. Namun, sungguh rugi orang yang melewatkan kesempatan mulia ini.
Keutamaan puasa Asyura sangat agung. Rasulullah ﷺ bersabda: "Puasa pada hari Arafah (9 Zulhijjah) itu menghapus dosa-dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Dan puasa pada hari Asyura (10 Muharram) itu menghapus dosa-dosa setahun yang lalu." (Hadis riwayat Muslim).
Ini adalah janji pengampunan dosa-dosa kecil selama satu tahun penuh. Tentu saja, pengampunan ini tidak berlaku untuk dosa-dosa besar, yang memerlukan taubat nasuha (taubat sungguh-sungguh) secara khusus. Keutamaan ini menunjukkan betapa luasnya rahmat Allah SWT dan betapa besar kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang berupaya mendekatkan diri melalui ibadah sunnah.
5. Waktu Pelaksanaan dan Niat
Waktu pelaksanaan puasa Tasua adalah pada tanggal 9 Muharram dan puasa Asyura pada tanggal 10 Muharram. Jika seseorang ingin berpuasa satu hari saja, maka puasa pada tanggal 10 Muharram (Asyura) adalah yang paling utama. Namun, lebih afdal jika digabungkan dengan puasa Tasua pada tanggal 9 Muharram. Ada pula sebagian ulama yang menganjurkan berpuasa pada tanggal 9, 10, dan 11 Muharram untuk lebih memastikan dan membedakan.
Niat puasa Tasua dan Asyura, seperti halnya puasa sunnah lainnya, tidak harus dilafalkan secara keras. Niat cukup di dalam hati. Waktu niat puasa sunnah cukup fleksibel; bisa dilakukan pada malam hari sebelum sahur, atau bahkan pada pagi harinya sebelum waktu zawal (tergelincir matahari/waktu zuhur), asalkan belum makan atau minum sesuatu sejak terbit fajar.
Contoh niat dalam hati:
- Untuk Tasua: "Saya niat puasa sunnah Tasua esok hari karena Allah Ta'ala."
- Untuk Asyura: "Saya niat puasa sunnah Asyura esok hari karena Allah Ta'ala."
6. Hikmah dan Pelajaran dari Puasa Tasua dan Asyura
Puasa Tasua dan Asyura mengandung banyak hikmah dan pelajaran berharga bagi umat Islam:
- Pentingnya Syukur: Merupakan bentuk syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat-Nya, khususnya nikmat keselamatan dan kemenangan yang diberikan kepada para Nabi dan umat terdahulu. Ini mengajarkan kita untuk senantiasa bersyukur dalam kondisi apapun.
- Penguatan Identitas Muslim: Anjuran puasa Tasua menunjukkan pentingnya memiliki identitas yang jelas dan tidak menyerupai tradisi umat lain, sekaligus menegaskan kemurnian ajaran Islam.
- Mengikuti Sunnah Nabi: Dengan berpuasa Tasua dan Asyura, kita menghidupkan salah satu sunnah Rasulullah ﷺ, yang mana di dalamnya terdapat keberkahan dan pahala yang besar.
- Sarana Pengampunan Dosa: Ini adalah kesempatan emas untuk mendapatkan ampunan dosa-dosa kecil selama setahun yang lalu, sebuah rahmat besar dari Allah SWT.
- Mengingat Sejarah Penting: Mengajarkan kita untuk merenungkan dan mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa besar yang terjadi di masa lalu, seperti kisah Nabi Musa AS dan Firaun.
- Peningkatan Ketakwaan: Melalui puasa ini, seorang Muslim melatih kesabaran, kedisiplinan, dan ketaatan kepada Allah SWT, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas ketakwaannya.
Kesimpulan
Puasa Tasua dan Asyura adalah dua hari yang sangat istimewa di bulan Muharram, penuh dengan sejarah, keutamaan, dan hikmah yang mendalam. Dengan memahami latar belakangnya, hukumnya, serta keutamaannya, diharapkan umat Muslim dapat mengambil kesempatan emas ini untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, meraih ampunan-Nya, dan meneladani sunnah Rasulullah ﷺ. Mari kita manfaatkan momen berharga ini untuk meningkatkan ibadah dan ketakwaan kita.